Senin, 27 Oktober 2014

Deteksi Dini Masa Nifas

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Masa nifas adalah masa setelah ibu melahirkan. Dalam kalangan medis, masa nifas dimulai setelah plasenta (bahasa jawa : ari-ari) lahir, sampai 6 minggu (42 hari) pasca kelahiran. Pada masa ini, seorang wanita yang telah melahirkan merasakan kelegaan karena keberhasilannya dalam bersalin, sekaligus perasaan was-was akan perubahan pada tubuh atau bayinya. Namun demikian, secara umum masyarakat tidak terlalu memerhatikan keadaan ibu. Karena perhatian penuh biasanya di curahkan kepada bayi yang baru lahir. Sebagai anggota keluarga terbaru yang membutuhkan banyak penyesuaian dan perhatian. Padahal baik ibu atau bayi memerlukan perhatian yang sama dalam perawatan pasca kelahiran (masa nifas) agar tidak terjadi infeksi (sepsis puerperalis).
           
            Pada masa nifas dapat terjadi rasa sakit yang disebut after pain, (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit. Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan pada tungkai bawah yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut.

            Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas. Perlu pemantauan dalam masa nifas yang akan dijelaskan pada Bab II Pembahasan.

B. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas.
2.      Untuk Mengetahui tujuan dari Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
3.      Macam – macam komplikasi yang sering timbul pada masa nifas dan penanganannya
a.       Perubahan payudara
b.      Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
       Deteksi dini terhadap komplikasi nifas adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan – penyimpangan yang terjadi selama masa nifas. Deteksi dini dalam pelayanan post natal adalah mengarah pada penemuan ibu nifas beresiko agar dapat ditangani secara memadai, sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah.

2. Tujuan Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
a.       Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi
b.      Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya
c.       Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d.      Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

3. Macam – Macam Komplikasi Yang Sering Timbul Pada Masa Nifas Dan Penanganannya

a. Perubahan Payudara

1.      Pembendungan air susu
            Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Faktor hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin dan hypofisis. Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. Payudara panas, keras, dan nyeri pada perabaan, serta suhu badan tidak naik. Puting susu mendatar dan ini dapat menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang –kadang pengeluaran susu juga terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena pembesaran vena dan pembuluh limfe.
            Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan menyokong payudara dengan BH dan memberikan analgetika. Kadang-kadang perlu diberi stilboestrol 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari untuk mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

2.      Mastitis
            Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui pembuluh darah.
Tanda-tandanya:
a.       Rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu.
b.      Penderita merasa lesu
c.       Tidak ada nafsu makan
Infeksi yang biasanya terjadi adalah staphilococcus aureus, dengan tanda – tandanya:
a.       Payudara membesar
b.      Nyeri
c.       Kulit merah pada suatu tempat
d.      Membengkak sedikit
e.       Nyeri pada perabaan

Jika hal tersebut tidak lekas diberi pengobatan maka dapat terjadi abses.
Pencegahannya:
a.       Perawatan putting susu pada masa laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis
b.      Perawatan dengan cara membersihkan puting dengan baby oil dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering.
c.       Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi jangan menyusu pada bagian payudara yang sakit sampai luka sembuh.

Pengobatan:
a.       Segera setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari payudara yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik.
b.      Dengan tindakan – tindakan ini terjadinya abses dapat dicegah karena biasanya infeksi disebabkan oleh staphilococcus aureus. Penicilin dalam dosis tinggi dapat juga diberikan.
c.       Sebelum pemberian penicilin, dapat diadakan pembiakan ASI supaya penyebab mastitis dapat benar – benar diketahui.
d.      Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit, mungkin pada abses. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat sejajar.

3. Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit.
                        Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya pembengkakan pada payudara. Bra yang terlalu ketat, mengakibatkan seg mental engorgement. Jika tidak disusui dengan adekuat bisa terjadi mastitis. Ibu yang kurang istirahat, anemia, akan mudak terkena infeksi.

Gejalanya :
a.       Bengkak, nyeri pada seluruh payudara atau nyeri lokal.
b.      Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
c.       Payudara keras dan berbenjol – benjol (merongkol)
d.      Panas badan dan rasa sakit

Penatalaksanaan:
a.       Menyusui diteruskan, pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena oedema, dan sesering mungkin agar payudara kosong kemudian pada payudara yang normal.
b.      Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat dan lap basah hangat pada payudara yang terkena.
c.       Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tidurran, duduk atau posisi memegang bola (football position).
d.      Pakaila bra yang longgar.
e.       Istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi.
f.       Banyak minum, sekitar 2 liter / hari.
                        Dengan cara – cara tersebut biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi, apabila dengan cara – cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12 jam, makan diberikan antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.

4.   Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Penyebab saluran yang tidak efektif karena:
·         Posisi dan tehnik yang salah sewaktu menyusui Hisapan yang kurang baik
·         Tidak sering disusukan termasuk tidak disusukan
·         Tekanan jari ibu, tidur atau baju waktu menyusui
·         Pemakain BH yang ketat
·         Stress dan kelelahan
·         Sumbatan pada putting
·         Komplikasi dari: putting lecet, payudara bengkak

Gejala:
o Benjolan terlihat jelas dan lunak
o Nyeri, bengkak yang terlokalisir
o Kadang meradang dan merasa tidak nyaman, panas

Manajemen:
·         Masase
·         Kompres panas dingin secara bergantian
·         Keluarkan ASI setelah menyusui bila masih terasa penuh
·         Ubah posisi menyusui

b. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
       Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan lemas karena kehabisan tenaga. Hendaknya lekas diberika minuman hangat, susu, teh yang bergula. Apabila menghendaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan. Walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi persalinannya.
      
       Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makan sebanyak – banyaknya, walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan.

       Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkomsumsi makanan ringan. Bila sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post partum. Setelah benar-benar pulih dari letih, kebanyakan ibu marasa sangat lapar permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasanya dikosumsi disertai dengan kosumsi cemilan yang sering ditemukan, kerap kali untuk penulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum 3-4 hari .

Penyebab hilangnya nafsu makan pada si ibu, yaitu :
1. Ibu post partum blues
2. kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami)
3. Ibu mengidap suatu penyakit dlam pencernaan atau anggota tubuh
4. Kedaan ekonomis yang tidak mendukung.
5. Kurang istirahat.

Penatalaksanaan
1. Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
2. Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari, yaitu :
• Makan sumber protein nabati dan hewani, seperti : daging, telur, kacang-kacangan dan ayam.
• Makanan sumber kerbohidrat, seperti : beras, jagung, kentang, dan ubi.
• Sayuran (sperti : bayam, kangkung) dan buah-buahan (seperti : jeruk, pepaya, pisang dan
mangga)
3. Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering
4. Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin yang diberikan dari rumah sakit

Analisa data:
a.       Ibu merasa trauma dengan persalinannya.
b.      Stress dengan perubahan bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti dulu.
c.       Pada ibu post sc yang mual sampai muntah karena pengaruh obat anastesi dan keterbatasan aktivitas (terlalu lama dalam posisi berbaring, kepala sering pusing).
d.      Adanya nyeri setelah melahirkan.

Kemungkinan penyulit yang akan muncul
a.       Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
b.      Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
c.       Kurang maksimalnya ibu dalam merawat bayinya.
 
     Penanganan:
a.       Pemberian dukungan mental pada ibu.
b.      Pemberian KIE mengenai pentingnya asupan gizi yang baik untuk ibu dan bayinya.
c.       Kaji sejauh mana dukungan keluarga untuk mengatasi permasalahan ini.
d.      Fasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam menyusun menu seimbang sesuai selera ibu.














BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Deteksi dini terhadap komplikasi nifas adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan – penyimpangan yang terjadi selama masa nifas. Macam – macam komplikasi yang sering timbul pada masa nifas dan penanganannya salah satu yang dibahas adalah perubahan payudara dan kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
























DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Taufan, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Penerbit Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar