TUGAS MAKALAH EVIDENCE BASED
TENTANG
“PROSES EVIDENCE BASED
PRACTICE”
Oleh
Kelompok 3 :
1. Ranny
Jessyca 2. Rika
Sri Wahyuni 3. Rini
Mulya Sari 4. Riwa
Risanti 5. Rosniati 6. Suci
Anugerah Utami 7. Sucia
Ramadani Samudra 8. Sukma
Irhamni 9. Syahdini
Duhasnah |
10. Sylvia Azmi 11. Ulam Sari 12. Virda Mulyanasari 13. Winefsi Rimazeli 14. Wiyan Ferimadina 15. Wulan Afrilia 16. Yolanda Putri 17. Yossi Susanti 18. Zia Githa Infahni |
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
2019/2020
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi kesyukuran atas nikmat-Nya kepada kita
semua sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Rahmat yang paling
utama dan salam yang paling sempurna semoga terlimpah kepada penutup para nabi
dan rasul, Muhammad Saw. pembawa agama yang sangat bijaksana dan terpelihara
dari segala macam perubahan dan pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb al
‘Alamin sampai hari akhir.
Makalah ini berjudul
Proses Evidence Based Practice , yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok mata kuliah Evidence Based dalam Pelayanan Kebidanan. Makalah ini
disusun bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai tentang proses evidence
based practice.
Kami sangat
berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan,
serta doanya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktu. Namun
demikian, kami meminta masukan berupa saran dan kritikan dari seluruh pihak.
Diharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Aamiin.
Padang, 28 Agustus 2019
Kelompok 3
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... ..............................i
DAFTAR ISI......................................................................................... ..............................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... .............................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. .............................5
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................... .............................5
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi Evidence Based Practice......................................... ............................
6
2.2 Model Implementasi Evidence Based
Practice..................... ...........................
.6
2.3 Komponen Evidence Based Practice..................................... ............................
7
2.4 Manfaat Evidence Based Practice......................................... ............................8
2.5 Proses Evidence Based Practice.............................................. ........................
8
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.............................................................................. .......................
14
3.2
Saran........................................................................................ .......................
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Evidence based practice (EBP)
adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate
atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan
untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat
memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut
(Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk
memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku
yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua pengertian
EBP tersebut dapat dipahami bahwa EBP
merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru
berdasarkanevidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk
membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik
klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
Dalam rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional
tidak hanya perawat namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan
profesional lainnya sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
muncul ketika memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan
diberikan kepada pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi
bedah akan muncul pertanyaan apakah
teknik relaksasi lebih efektif jika dibandingkan dengan teknik distraksi untuk
mengurangi nyeri pasien ibu partum kala 1 (Mooney, 2012). Pendekatan yang
dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan untuk menemukan bukti-bukti
terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan klinis yang muncul dan
kemudian mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam praktek keperawatan guna
meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik,
praktek keperawatan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak kerugian
untuk pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan
bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut
merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun
berdasarkan evidence based menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi
akan dapat mengakibatkan resiko kematian bayi secara tibatiba SIDS (Melnyk
& Fineout, 2011).
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan evidence
based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan evidence
terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi dilapangan dan
apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam pelaksanaan
evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu disiapkan
seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan sumber daya yang
ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga tidak semua evidence
bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau mengubah praktek (Salminen et
al., 2014). Untuk itu perlu diketahui lebih lanjut tentang proses
practice evidence based dilapangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana proses
evidence based practice?
1.3 Tujuan
Pembahasan
Untuk mengetahui langkah – langkah proses evidence based practice
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi Evidence Based Practice
Evidence
Based Practice (EBP) merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade
ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, kebidanan,
sosial, psikologi, punlic health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial
lainnya (Briggs & Rzeppnicki, 2004; Brownsoe,al.,2002; Sacket et al.,2000).
EBP
merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang terintergrasi di dalamnya ilmu pengetahuan
atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien
dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta
memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana
terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau system (newhouse, dearhorlt,
poe, pough & white, 2005).
Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan
bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”.
Menurut
Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence-Based
Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat
dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan
kesehatan.
2.2 Model Implementasi
Evidence Based Practice
1.
Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan atau media penelitian
untuk meningkatkan penerapan EBP.
5 langkah dalam model settler :
Fase 1 :
Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 :
Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 :
Translasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
2.
Model IOWA
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G Titler, PhD, RN,
FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu atau masalah. Jika maslaah mengenai prioritas
dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Perubahan terjadi dan dilakukan
jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan, kemudian
dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett,2004
dalam Bemadettle Mazurek Melnyk,2011).
3.
Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model EBP change yang terdiri
dari 6 langkah yaitu :
Tahap 1 : Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
Tahap 2 : Tentukan evidence terbaik
Tahap 3 : Kritikal analisi evidence
Tahap 4 : Design perubahan dalam praktek
Tahap 5 : Implementasi dan evaluasi perubahan
Tahap 6 : Integrasikan dan maintain perubahan dalam
praktek
2.3 Komponen Evidence
Based Practice
1.
Bukti Eksternal
a.
Hasil penelitian
b.
Teori-teori yang lahir dari penelitian
c.
Pendapat dari ahli
d.
Hasil dari diskusi panel para ahli
2.
Bukti Internal
a.
Penilian klinis
b.
Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangkaa
meningkatkan kualitas pelayanan klinik
c.
Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien
d.
Alasan klinis
e.
Evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang
diperlukan untuk melakukan tratment yang dipilij
f.
Mencapai hasil yang diharapkan
3.
Manfaat dan Keinginan Pasien
Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan
menimalkan pembiayaan.
2.4 Manfaat Evidence
Based Practice
1.
Menjadi jembatan
antara penelitian dan praktik
2.
Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang
buruk
3.
Mencegah terjadinya informasi yang overlood terkait hasil
penelitian
4.
Mengeliminasi budaya :practice which is not evidence based:
2.5 Proses Evidence Based Practice
Berdasarkan
(Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses
EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan
semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal.
Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap
mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek
keseharian.
Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah
sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan
Semangat Penyelidikan (inquiry)
Inquirya dalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis
untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-kejadian yang
terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan
dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya
yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup
individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan. Elemen kunci
dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk melakukan penyelidikan dimana
semua profesional kesehatan didorong untuk memepertanyakan kualitas praktek
yang mereka jalankan pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi
klinis dengana diuraikan 7 langkah dalam prosesevidence based practice adalah
sebagai berikut : mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang
memiliki pemahaman mengenai evidence based practice, mampu membimbing
orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi,
ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur
seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta
motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based
practice (Tilson et al, 2011).
2.
Mengajukan
pertanyaan PICO(T) question
Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk
pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu
dengan membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu
umur, gender, ras atapun penyakit
seperti hepatitis dll. I adalah intervensi baik itu meliputi treatment
di klinis ataupun pendidikan dan administratif. Selain itu juga intervensi juga
dapat berupa perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko seperti merokok. C
atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk
terapi, faktor resiko, placebo ataupun nonintervensi. Sedangkan O atau outcome
adalah hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patient
safety, menurunkan biaya ataupun meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et
al., 2013) menyatakan bahwa pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan
klinis dengan menggunakan format PICOT yaitu P(Patient atau populasi),
I(Intervention atau tindakan atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison
intervention atau intervensi yang dibandidngkan), O(Outcome atau
hasil) serta T(Time frame atau kerangka waktu). Ataupun dalam penggunaan
PICOT non intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru (Population)
yang payudaranya terkena komplikasi (Issueof interest) terhadap
kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama pada
saat bayi baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan
akan sangat berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan
kita akan mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan
(Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan dalamlobiondo & haber, (2006)
dicontohkan cara memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan
fraktur hip(patient/problem), apakah patientanalgesic control (intervensi)
lebih efektif dibandingkan dengan standard of care nurse administartif analgesic(comparison)
dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan LOS (Outcome).
3.
Mencari
bukti-bukti terbaik
Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan
untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe
dan tingkatan penelitian. Tingkatkan penelitian yang bisa dijadikan evidence
atau bukti terbaik adalah metaanalysis dan
systemic riview. Systematic riview
adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode
kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak
penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun
jika meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka evidence
pada tingkatan selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut
dapat ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM
dan COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).
Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie,
2002) yaitu:
a. Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic
riview.
b. Bukti yang berasal dari disain RCT.
c. Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.
d. Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.
e. Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian
kualitatif dan diskriptif.
f. Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study
g. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi
hambatan dalam proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database
yang free accsess terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian
seiring dengan perkembangan teknologi,
berikut contoh databased yang free
accsess dan paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu
MIDIRS,CINAHL, Pubmed,cohrane librarydan
PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan EBP beserta data basedyang disarankan,
diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013).
Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence
dari beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:
a. Memilih databased (CINAHL, Medline etc)
b. Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata
dalam database, sebagai contoh fall
map menjadiaccidental fall
c. Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau
membatasi umur seperti aged, and over, limit tipe publikasi seperti
“metaanalisis atau systematic review”, dan limit tahun publikasi seperti
2010-2015
d. Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane,
psycINFO e) Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan
Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) .
Langkah-langkah atau strategi mencari informasi melalui databased
diantaranya adalah:
a. Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan
pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format
b. Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari
informasi yang tepat
c. Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan controlled
vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit. Controlledvocabularries yang dapat
menuntun kita untuk memasukkan input yang sesuai dengan yang ada pada database.
Seperti misalnya MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada database
CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT. AND untuk mencari 2
tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari salah satu atau kedua istilah
tersebut. Namun jika dikombinasikan dengan controlledvocabularries, OR akan memperluas pencarian, serta AND
akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan fokus lagi
dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti umur, bahasa,
tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun untuk jurnal atau english
or american only.
d.
Melakukan
evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan menyimpan hasil
Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012).
e.
Melakukan
penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
f.
Mengintegrasikan
bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis
terbaik
g.
Evaluasi
hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
h.
Menyebarluaskan
hasil (disseminate outcome)
1. Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.
4.
Melakukan
penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan
Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :
a. Evidence qualityadalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut? (apakah tepat
atau rigorous dan reliable atau handal)
b. What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)
c. How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?
d. Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?
e. Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan
bukti?
f. Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di
klinis?
Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette
& Ellen, 2011) yaitu:
a. Validity Evidenceatau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat. Contohnya adalah apakah
variabel pengganggu dan bias dikontrol dengan baik, bagaimana bagaimana proses
random pada kelompok kontrol dan intervensi, equal atau tidak.
b. Reliability Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin
didapatkan dalam membuat keputusan klinis dengan mengimplementasikan evidence
tersebut, apakah intervensi tersebut dapat dikerjakan serta seberapa besar
dampak dari intervensi yang mungkin didapatkan.
c. Applicability
Applicable maksudnya adalah
kemungkinan hasilnya bisa di implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya
sama, keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan pasien (patient
preference) dengan intervensi tersebut.
5.
Mengintegrasikan
bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis
terbaik
Sesuai dengan
definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis kita
harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi lainnya.
Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita miliki,
ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga,
menambahkan penelitian kualitatif mengenai pengalaman atau perspektif klien
bisa menjadi dasar untuk mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan intervensi
terbaru (Polit & Beck, 2013). Setelah mempertimbangkan beberapa hal
tersebut maka langkah selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi
tersebut untuk membuat keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi oleh evidence
yang digunakan serta tingkat kecakapan dalam melalui setiap proses dalam
EBP (Polit & Beck, 2008).
6.
Evaluasi
hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP
Evaluasi terhadap
pelaksanaan evidence basedsangat
perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah
diterapkan, apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang
diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan
kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011).
7.
Menyebarluaskan
hasil (disseminate outcome)
Langkah terakhir
dalam evidence based practice adalah
menyebarluaskan hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu
menimbulkan perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal tersebut tentu
sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck, 2013) Namun selain
langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin & Feldman, 2012)
Terdapat 5
langkah utama evidence based practice dalam
setting akademik:
Framing the question (menyusun
pertanyaan klinis), searching for
evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence atau
membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut pasien
dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam
praktek, serta evaluating your
application ofthe evidence atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan
masalah klinis.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tujuan utama di
implementasikannya evidance based practice di dalam praktek keperawatan
dan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain
itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien
bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan
bisa ditekan.
Dalam memindahkan
evidence kedalam praktek guna meningkatkan kualitas kesehatan dan
keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah - langkah yang
sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan
lainnya dalam mengembangkan konsep melalui pendekatan yang sistematis dan jelas,
alokasi waktu dan sumber yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegah
impelementasi yang tidak runut dan lengkap dalam sebuah organisasi. Namun
demikian, beberapa model memiliki keunggulannya masing - masing sehingga setiap
institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi masing
-masing.
3.2
Saran
Diharapkan dengan
makalah ini, semua tenaga kesehatan mampu melakukan praktek evidence based sesuai dengan proses yang
telah dijabarkan pada pembahasan dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Holleman
G, Eliens A, Van Vliet M, Achterberg T. Promotiono Of Evidence Based Practice by Profesional
Nursing Association; literature review. Journal of Advance Nurse 53(6),
702-709.
Ingersoll
G. Evidence Based Nursing; What it is and isn’t. Nurs Outlook 2000;48:151-2.
Kelec.
2011. Nursing Research & Evidence Based Practice.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21314/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=57isAllowed=y
(diakses tanggal 26 agustus 2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar