Minggu, 06 September 2020

MAKALAH EVIDENCE BASED - PROSES EVIDENCE BASED PRACTICE

 

TUGAS MAKALAH EVIDENCE BASED

TENTANG

“PROSES EVIDENCE BASED PRACTICE”

 

 

 Oleh

   Kelompok 3 :

 

 

1.  Ranny Jessyca

2.  Rika Sri Wahyuni

3.  Rini Mulya Sari

4.  Riwa Risanti

5.  Rosniati

6.  Suci Anugerah Utami

7.  Sucia Ramadani Samudra

8.  Sukma Irhamni

9.  Syahdini Duhasnah

10. Sylvia Azmi

11. Ulam Sari

12. Virda Mulyanasari

13. Winefsi Rimazeli

14. Wiyan Ferimadina

15. Wulan Afrilia

16. Yolanda Putri

17. Yossi Susanti

18. Zia Githa Infahni

 

PROGRAM STUDI  DIV KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

2019/2020

KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi kesyukuran atas nikmat-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Rahmat yang paling utama dan salam yang paling sempurna semoga terlimpah kepada penutup para nabi dan rasul, Muhammad Saw. pembawa agama yang sangat bijaksana dan terpelihara dari segala macam perubahan dan pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb al ‘Alamin sampai hari akhir.

Makalah ini berjudul Proses Evidence Based Practice , yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Evidence Based dalam Pelayanan Kebidanan. Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai tentang proses evidence based practice.

Kami sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan, serta doanya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktu. Namun demikian, kami meminta masukan berupa saran dan kritikan dari seluruh pihak.

Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Aamiin.

 

 

Padang, 28 Agustus 2019

 

 

        Kelompok 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.......................................................................... ..............................i

DAFTAR ISI......................................................................................... ..............................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang....................................................................... .............................4

1.2  Rumusan Masalah.................................................................. .............................5

1.3  Tujuan Pembahasan............................................................... .............................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi Evidence Based Practice......................................... ............................ 6

2.2 Model Implementasi Evidence Based Practice..................... ........................... .6

2.3 Komponen Evidence Based Practice..................................... ............................ 7

2.4 Manfaat Evidence Based Practice......................................... ............................8

2.5 Proses Evidence Based Practice.............................................. ........................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................. ....................... 14

3.2 Saran........................................................................................ ....................... 14

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1       Latar Belakang Masalah

 

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut (Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk memperolah pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua pengertian EBP tersebut dapat dipahami bahwa EBP merupakan suatu strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkanevidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.

 

Dalam rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya perawat namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan kepada pasien/klien, misalnya saja pada pasien post operasi bedah akan muncul pertanyaan  apakah teknik relaksasi lebih efektif jika dibandingkan dengan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri pasien ibu partum kala 1 (Mooney, 2012). Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam praktek keperawatan guna meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek keperawatan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak kerugian untuk pasien. Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan bayinya pada saat tidur dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun berdasarkan evidence based menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian bayi secara tibatiba SIDS (Melnyk & Fineout, 2011).

 

Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan evidence based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi dilapangan dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam pelaksanaan
evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu disiapkan seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan sumber daya yang ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga tidak semua evidence bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau mengubah praktek (Salminen et al., 2014). Untuk itu perlu diketahui lebih lanjut tentang proses practice  evidence based dilapangannya.

 

1.2    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana proses evidence based practice?

 

1.3      Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui langkah – langkah proses evidence based practice

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

2.1       Defenisi Evidence Based Practice

 

Evidence Based Practice (EBP) merupakan salah satu perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, kebidanan, sosial, psikologi, punlic health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzeppnicki, 2004; Brownsoe,al.,2002; Sacket et al.,2000).

 

EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintergrasi di dalamnya ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau system (newhouse, dearhorlt, poe, pough & white, 2005).

Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”.

Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan.

 

2.2       Model Implementasi Evidence Based Practice

 

1.      Model Settler

Merupakan seperangkat perlengkapan atau media penelitian untuk meningkatkan penerapan EBP.

5 langkah dalam model settler :

Fase 1        : Persiapan

Fase 2        : Validasi

Fase 3        : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan

Fase 4        : Translasi dan aplikasi

Fase 5        : Evaluasi

 

2.      Model IOWA

Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G Titler, PhD, RN, FAAN, Model IOWA diawali dari pemicu atau masalah. Jika maslaah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan, kemudian dilakukan evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett,2004 dalam Bemadettle Mazurek Melnyk,2011).

 

3.      Model konseptual Rosswurm & Larrabee

Model ini disebut juga dengan model EBP change yang terdiri dari 6 langkah yaitu :

Tahap 1    : Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis

Tahap 2    : Tentukan evidence terbaik

Tahap 3    : Kritikal analisi evidence

Tahap 4    : Design perubahan dalam praktek

Tahap 5    : Implementasi dan evaluasi perubahan

Tahap 6    : Integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

 

2.3      Komponen Evidence Based Practice

1.      Bukti Eksternal

a.       Hasil penelitian

b.      Teori-teori yang lahir dari penelitian

c.       Pendapat dari ahli

d.      Hasil dari diskusi panel para ahli

2.      Bukti Internal

a.       Penilian klinis

b.      Hasil dari proyek peningkatan kualitas dalam rangkaa meningkatkan kualitas pelayanan klinik

c.       Hasil dari pengkajian dan evaluasi pasien

d.      Alasan klinis

e.       Evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan yang diperlukan untuk melakukan tratment yang dipilij

f.       Mencapai hasil yang diharapkan

 

3.      Manfaat dan Keinginan Pasien

Memberikan manfaat terbaik untuk kondisi pasien saat itu dan menimalkan pembiayaan.

 

2.4      Manfaat Evidence Based Practice

 

1.      Menjadi jembatan  antara penelitian dan praktik

2.      Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk

3.      Mencegah terjadinya informasi yang overlood terkait hasil penelitian

4.      Mengeliminasi budaya :practice which is not evidence based:

 

2.5     Proses Evidence Based Practice

Berdasarkan (Melnyk et al., 2014) ada beberapa tahapan atau langkah dalam proses EBP. Tujuh langkah dalam evidence based practice (EBP) dimulai dengan semangat untuk melakukan penyelidikan atau pencarian (inquiry) personal. Budaya EBP dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk tetap mempertahankan timbulnya pertanyaan-pertanyaan klinis yang kritis dalam praktek keseharian.

Langkah-langkah dalam proses evidance based practice adalah sebagai berikut:

1.                  Menumbuhkan Semangat Penyelidikan (inquiry)

Inquirya dalah semangat untuk melakukan penyelidikan yaitu sikap kritis untuk selalu bertanya terhadap fenomena-fenomena serta kejadian-kejadian yang terjadi saat praktek dilakukan oleh seorang klinisi atau petugas kesehatan dalam melakukan perawatan kepada pasien. Namun demikian, tanpa adanya budaya yang mendukung, semangat untuk menyelidiki atau meneliti baik dalam lingkup individu ataupun institusi tidak akan bisa berhasil dan dipertahankan. Elemen kunci dalam membangun budaya EBP adalah semangat untuk melakukan penyelidikan dimana semua profesional kesehatan didorong untuk memepertanyakan kualitas praktek yang mereka jalankan pada saat ini, sebuah pilosofi, misi dan sistem promosi klinis dengana diuraikan 7 langkah dalam prosesevidence based practice adalah sebagai berikut : mengintegrasikan evidence based practice, mentor yang memiliki pemahaman mengenai evidence based practice, mampu membimbing orang lain, dan mampu mengatasi tantangan atau hambatan yang mungkin terjadi, ketersediaan infrastruktur yang mendukung untuk mencari informasi atau lieratur seperti komputer dan laptop, dukungan dari administrasi dan kepemimpinan, serta motivasi dan konsistensi individu itu sendiri dalam menerapkan evidence based practice (Tilson et al, 2011).

2.                  Mengajukan pertanyaan PICO(T) question

 

Menurut (Newhouse et al., 2007) dalam mencari jawaban untuk pertanyaan klinis yang muncul, maka diperlukan strategi yang efektif yaitu dengan membuat format PICO. P adalah pasien, populasi atau masalah baik itu umur, gender, ras atapun penyakit  seperti hepatitis dll. I adalah intervensi baik itu meliputi treatment di klinis ataupun pendidikan dan administratif. Selain itu juga intervensi juga dapat berupa perjalanan penyakit ataupun perilaku beresiko seperti merokok. C atau comparison merupakan intervensi pembanding bisa dalam bentuk terapi, faktor resiko, placebo ataupun nonintervensi. Sedangkan O atau outcome adalah hasil yang ingin dicari dapat berupa kualitas hidup, patient safety, menurunkan biaya ataupun meningkatkan kepuasan pasien. (Bostwick et al., 2013) menyatakan bahwa pada langkah selanjutnya membuat pertanyaan klinis dengan menggunakan format PICOT yaitu P(Patient atau populasi), I(Intervention atau tindakan atau pokok persoalan yang menarik), C(Comparison intervention atau intervensi yang dibandidngkan), O(Outcome atau hasil) serta T(Time frame atau kerangka waktu). Ataupun dalam penggunaan PICOT non intervensi seperti bagaimana seorang ibu baru (Population) yang payudaranya terkena komplikasi (Issueof interest) terhadap kemampuannya dalam memberikan ASI (Outcome) pada 3 bulan pertama pada saat bayi baru lahir. Hasil atau sumber data atau literatur yang dihasilkan akan sangat berbeda jika kita menggunakan pertanyaan yang tidak tepat makan kita akan mendapatkan berbagai abstrak yang tidak relevan dengan apa yang kita butuhkan (Melnyk & Fineout, 2011). Sedangkan dalamlobiondo & haber, (2006) dicontohkan cara memformulasikan pertanyaan EBP yaitu pada lansia dengan fraktur hip(patient/problem), apakah patientanalgesic control (intervensi) lebih efektif dibandingkan dengan standard of care nurse administartif analgesic(comparison) dalam menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan LOS (Outcome).

 

3.                  Mencari bukti-bukti terbaik

Kata kunci yang sudah disusun dengan menggunakan picot digunakan untuk memulai pencarian bukti terbaik. Bukti terbaik adalah dilihat dari tipe dan tingkatan penelitian. Tingkatkan penelitian yang bisa dijadikan evidence atau bukti terbaik adalah metaanalysis dan systemic riview. Systematic riview adalah ringkasan hasil dari banyak penelitian yang memakai metode kuantitatif. Sedangkan meta-analysis adalah ringkasan dari banyak penelitian yang menampilkan dampak dari intervensi dari berbagai studi. Namun jika meta analisis dan systematic riview tidak tersedia maka evidence pada tingkatan selanjutnya bisa digunakan seperti RCT. Evidence tersebut dapat ditemukan pada beberapa data base seperti CINAHL, MEDLINE, PUBMED, NEJM dan COHRANE LIBRARY (Melnyk & Fineout, 2011).

Ada 5 tingkatan yang bisa dijadikan bukti atau evidence (Guyatt&Rennie, 2002) yaitu:

a.    Bukti yang berasal dari meta-analysis ataukah systematic riview.

b.    Bukti yang berasal dari disain RCT.

c.    Bukti yang berasal dari kontrol trial tanpa randomisasi.

d.   Bukti yang berasal dari kasus kontrol dan studi kohort.

e.    Bukti dari systematic riview yang berasal dari penelitian kualitatif dan diskriptif.

f.     Bukti yang berasal dari single-diskriptif atau kualitatif study

g.    Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

Dalam mencari best evidence, hal yang sering menjadi hambatan dalam proses pencarian adalah keterbatasan lokasi atau sumber database yang free accsess terhadap jurnal-jurnal penelitian. Namun demikian seiring dengan perkembangan teknologi,
 berikut contoh databased yang free accsess dan paling banyak dikunjungi oleh tenaga kesehatan yaitu MIDIRS,CINAHL, Pubmed,cohrane librarydan PsycINFO serta Medline. Berikut adalah contoh pertanyaan EBP beserta data basedyang disarankan, diantaranya adalah (Schneider & Whitehead, 2013).

Dalam (Kluger, 2007) dicontohkan cara melakukan pencarian evidence dari beberapa sumber atau databased yang ada yaitu:

a.    Memilih databased (CINAHL, Medline etc)

b.    Menerjemahkan istilah atau pertanyaan kedalam perbendaharaan kata dalam database, sebagai contoh fall map menjadiaccidental fall

c.    Menggunakan limit baik dalam jenis, tahun dan umur Limit atau membatasi umur seperti aged, and over, limit tipe publikasi seperti “metaanalisis atau systematic review”, dan limit tahun publikasi seperti 2010-2015

d.   Membandingkan dengan database yang lain seperti cohrane, psycINFO e) Melakukan evaluasi hasil, ulangi ke step 2 jika diperlukan Sedangkan menurut (Newhouse, 2007) .

Langkah-langkah atau strategi mencari informasi melalui databased diantaranya adalah:

a.    Mencari kata kunci, sinonim, atau yang mempunyai hubungan dengan pertanyaan yang sudah disusun dengan PICO format

b.    Menentukan sumber atau database terbaik untuk mencari informasi yang tepat

c.    Mengembangkan beberapa strategi dalam melakukan pencarian dengan controlled
vocabularries, menggunakan bolean operator, serta limit. Controlledvocabularries yang dapat menuntun kita untuk memasukkan input yang sesuai dengan yang ada pada database. Seperti misalnya MeSH pada Pubmed serta CINAHL Subject Heading pada database CINAHL. menggunakan bolean operator misalnya AND, OR, NOT. AND untuk mencari 2 tema atau istilah, OR untuk mencari selain dari salah satu atau kedua istilah tersebut. Namun jika dikombinasikan dengan controlledvocabularries, OR akan memperluas pencarian, serta AND akan mempersempit pencarian. Setelah itu untuk lebih spesifik dan fokus lagi dapat digunakan dengan menggunakan limit yang sesuai seperti umur, bahasa, tanggal publikasi. Contohnya adalah limit terakhir 5 tahun untuk jurnal atau english or american only.

d.      Melakukan evaluasi memilih evidence dengan metode terbaik dan menyimpan hasil Sedangkan menurut (Bowman et al., dalam levin & feldman, 2012).

e.       Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

f.          Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis terbaik

g.      Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

h.      Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

1.    Bukti yang berasal dari opini dan komite ahli.

 

4.                  Melakukan penilaian (appraisal) terhadap bukti-bukti yang ditemukan

Untuk melakukan penilaian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya adalah (Polit & Beck, 2013) :

a.    Evidence qualityadalah bagaimana kualitas bukti jurnal tersebut? (apakah tepat atau rigorous dan reliable atau handal)

b.    What is magnitude of effect? (seberapa penting dampaknya?)

c.    How pricise the estimate of effect? Seberapa tepat perkiraan efeknya?

d.   Apakah evidence memiliki efek samping ataukah keuntungan?

e.    Seberapa banyak biaya yang perlu disiapkan untuk mengaplikasikan bukti?

f.     Apakah bukti tersebut sesuai untuk situasi atau fakta yang ada di klinis?

Sedangkan kriteria penilaian evidence menurut (Bernadette & Ellen, 2011) yaitu:

a.    Validity Evidenceatau penelitian tersebut dikatakan valid adalah jika penelitian tersebut menggunakan metode penelitian yang tepat. Contohnya adalah apakah variabel pengganggu dan bias dikontrol dengan baik, bagaimana bagaimana proses random pada kelompok kontrol dan intervensi, equal atau tidak.

b.    Reliability Reliabel maksudnya adalah konsistensi hasil yang mungkin didapatkan dalam membuat keputusan klinis dengan mengimplementasikan evidence tersebut, apakah intervensi tersebut dapat dikerjakan serta seberapa besar dampak dari intervensi yang mungkin didapatkan.

c.    Applicability
Applicable maksudnya adalah kemungkinan hasilnya bisa di implementasikan dan bisa membantu kondisi pasien. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mempertimbangkan apakah subjek penelitiannya sama, keuntungan dan resiko dari intervensi tersebut dan keinginan pasien (patient preference) dengan intervensi tersebut.

5.                  Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan pilihan pasien untuk membuat keputusan klinis terbaik

            Sesuai dengan definisi dari EBP, untuk mengimplementasikan EBP ke dalam praktik klinis kita harus bisa mengintegrasikan bukti penelitian dengan informasi lainnya. Informasi itu dapat berasal dari keahlian dan pengetahuan yang kita miliki, ataukah dari pilihan dan nilai yang dimiliki oleh pasien. Selain itu juga, menambahkan penelitian kualitatif mengenai pengalaman atau perspektif klien bisa menjadi dasar untuk mengurangi resiko kegagalan dalam melakukan intervensi terbaru (Polit & Beck, 2013). Setelah mempertimbangkan beberapa hal tersebut maka langkah selanjutnya adalah menggunakan berbagai informasi tersebut untuk membuat keputusan klinis yang tepat dan efektif untuk pasien. Tingkat keberhasilan pelaksanaan EBP proses sangat dipengaruhi oleh evidence yang digunakan serta tingkat kecakapan dalam melalui setiap proses dalam EBP (Polit & Beck, 2008).

6.                  Evaluasi hasil dari perubahan praktek setelah penerapan EBP

            Evaluasi terhadap pelaksanaan evidence basedsangat perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif evidence yang telah diterapkan, apakah perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan dan apakah evidence tersebut berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan pasien (Melnyk & Fineout, 2011).

7.                  Menyebarluaskan hasil (disseminate outcome)

            Langkah terakhir dalam evidence based practice adalah menyebarluaskan hasil. Jika evidence yang didapatkan terbukti mampu menimbulkan perubahan dan memberikan hasil yang positif maka hal tersebut tentu sangat perlu dan penting untuk dibagi (Polit & Beck, 2013) Namun selain langkah-langkah yang disebutkan diatas, menurut (Levin & Feldman, 2012)

            Terdapat 5 langkah utama evidence based practice dalam setting akademik:
Framing the question (menyusun pertanyaan klinis), searching for evidence, appraising the evidence, interpreting the evidence atau membandingkan antara literatur yang diperoleh dengan nilai yang dianut pasien dan merencanakan pelaksanaan evidence kedalam praktek, serta evaluating your application ofthe evidence atau mengevaluasi sejauh mana evidence tersebut dapat menyelesaikan masalah klinis.

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1              Kesimpulan

            Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam praktek keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan.

            Dalam memindahkan evidence kedalam praktek guna meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan (patient safety) dibutuhkan langkah - langkah yang sistematis dan berbagai model EBP dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam mengembangkan konsep melalui pendekatan yang sistematis dan jelas, alokasi waktu dan sumber yang jelas, sumber daya yang terlibat, serta mencegah impelementasi yang tidak runut dan lengkap dalam sebuah organisasi. Namun demikian, beberapa model memiliki keunggulannya masing - masing sehingga setiap institusi dapat memilih model yang sesuai dengan kondisi organisasi masing -masing.

 

3.2              Saran

            Diharapkan dengan makalah ini, semua tenaga kesehatan mampu melakukan praktek evidence based sesuai dengan proses yang telah dijabarkan pada pembahasan dalam makalah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Holleman G, Eliens A, Van Vliet M, Achterberg T. Promotiono Of  Evidence Based Practice by Profesional Nursing Association; literature review. Journal of Advance Nurse 53(6), 702-709.

Ingersoll G. Evidence Based Nursing; What it is and isn’t. Nurs Outlook 2000;48:151-2.

Kelec. 2011. Nursing Research & Evidence Based Practice.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21314/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=57isAllowed=y (diakses tanggal 26 agustus 2019).

 

 

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar