Rabu, 20 Juli 2016

Kebidanan - Makalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.





B.     Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR  ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
8. Bagaimana penanganan BBLR?
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui penatalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Untuk mengetahui penanganan BBLR
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Mahasiwa mengetahui penanganan BBLR




BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
            Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature.

Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1.      Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2.       Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3.      Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
            
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

Klasifikasi BBLR :
a.    Berdasarkan BB lahir
1.      1.BBLR      : BB < 2500gr
2.      2.BBLSR    : BB 1000-1500gr
3.      3.BBLASR : BB <1000 gr

b.  Berdasarkan umur kehamilan
1.      Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2.      Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

B.     ETIOLOGI
            Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
           
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor Ibu
a.       Penyakit:
1)      Toksemia gravidarum
2)      Perdarahan antepartum
3)      Truma fisik dan psikologis
4)      Nefritis akut
5)      Diabetes mellitus

b.      Usia Ibu
1)      Usia <16 tahun
2)      Usia >35 tahun
3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c.       Keadaan social
1)      Golongan social ekonomi rendah
2)      Perkawinan yang tidak sah

d.      Sebab lain
1)      Ibu yang perokok
2)      Ibu peminum alcohol
3)      Ibu pecandu narkotik

2.      Faktor janin
a.       Hidramnion
b.      Kehamilan ganda
c.       Kelainan kromosom

3.      Faktor lingkungan
a.       Tempat tinggal dataran tinggi
b.      Radiasi
c.       Zat-zat racun.

C.    Tanda – Tanda klinis
 Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a.         Berat kurang dari 2500 gram
b.         Panjang kurang dari 45 cm
c.         Lingkar dada kurang dari 30 cm
d.        Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e.         Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f.          Kepala lebih besar
g.         Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h.         Otot hipotonik lemah
i.           Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j.           Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k.         Kepala tidak mampu tegak
l.           Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m.       Nadi 100 – 140 kali / menit

Gambaran klinis BBLR secara khusus :

A.    Tanda-tanda Bayi Prematur
1.      BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2.      Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3.      Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4.      Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5.      Kepala mengarah ke satu sisi.
6.      Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.
7.      Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8.      Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9.      Pergerakan kurang dan lemah.
10.  Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11.  Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12.  Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua pah abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13.  Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan post term :
a.  Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

D.    Komplikasi pada BBLR
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
a.       Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
b.      Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
c.       Termoregulasi: Hipotermia
d.      Hipoglikemia simtomatik

1.      Pada prematur yaitu :
a.       Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b.      Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
c.       Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d.      Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e.       Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

2.       Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
a.       Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b.      Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c.       Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme bayi.
d.      Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :
1.      Suhu tubuh yang tidak stabil.
2.      Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
3.      Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4.      Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5.      Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6.      Gangguan immunologic.




E.     PENATALAKSANAAN
1.      Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a.       Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2.      Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a.       Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
b.      Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet
c.       Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang slang penduga/ sonde fooding

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a.       Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b.      Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a.       Berat lahir 1750-2500 gram
1)      Bayi sehat
a)      Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b)      Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
2)      Bayi sakit
a.       Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b.      Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
·          Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
·          Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c.       Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
·          Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
·          Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b.      Berat lahir 1500-1749 gram
1)      Bayi sehat
a)      Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b)      Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c)      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2)      Bayi sakit
a.       Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b.      Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
c.       Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d.      Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah
e.       Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c.       Berat lahir 1250-1499 gram
1)      Bayi sehat
a.       Beri ASI peras melalui pipa lambung
b.      Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c.       Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d.      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2)      Bayi sakit
a.       Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b.      Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan
c.       Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d.      Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e.       Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
3.      Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a.    Membersihkan jalan napas
b.    Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c.    Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d.   Memberikan obat mata
e.    Membungkus bayi dengan kain hangat
f.     Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
g.    Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
a)      Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu
b)      Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
c)      Suhu lingkungan bayi harus dijaga
d)     Kamar dapat masuk sinar matahari
e)      Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
f)       Badan bayi harus dalam keadaan kering
g)      Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
h)      Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
i)        Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1.      Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2.      Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
3.      Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
4.      Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
5.      Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4.      Pemantauan (Monitoring)
a.       Pemantauan saat dirawat
1)      Terapi
a.       Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b.      Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
2)      Tumbuh kembang
a)      Pantau berat badan bayi secara periodic
b)      Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c)      Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
                                                                   a.      Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
                                                                   b.      Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
                                                                   c.      Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
                                                                  d.      Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
b.      Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1)      Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2)      Hitung umur koreksi
3)      Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4)      Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5)      Awasi adanya kelainan bawaan
6)      Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a)      Membersihkan jalan napas
b)      Mempertahankan suhu tubuh
c)      Mencegah terjadinya infeksi
d)     Perawatan bayi sehari-hari: Memandikan, Perawatan tali pusat, Pemberian ASI
e)      Menjelaskan pada ibu (orang tua) : Pemberian ASI, Makanan bergizi bagi ibu, Mengikuti program KB segera mungkin
f)       Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.

F.     DIAGNOSIS
            Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1.      Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
a.       Umur ibu
b.      Riwayat hari pertama haid terakhir
c.       Riwayat persalinan sebelumnya
d.      Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e.       Kenaikan berat badan selama hamil
f.       Aktivitas
g.      Penyakit yang diderita selama hamil
h.      Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.      Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a.       Berat badan
b.      Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c.       Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a.       Pemeriksaan skor ballard
b.      Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c.       Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
d.      Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e.       USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

G.    PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a.       Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung dengan baik.
c.       Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
d.      Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
H. PENANGANAN
1.      Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah dan cepat mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (brown fat).
2.      Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup membentuk entibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3.      Pengawasan nutrisi/ASI
Pada BBLR refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.


4.       Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B.     Saran
a.       Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
b.      Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
c.       Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.





B.     Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR  ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
8. Bagaimana penanganan BBLR?
C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui penatalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Untuk mengetahui penanganan BBLR
D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Mahasiwa mengetahui penanganan BBLR




BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
            Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature.

Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:
1.      Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2.       Term infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari)
3.      Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
            
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.

Klasifikasi BBLR :
a.    Berdasarkan BB lahir
1.      1.BBLR      : BB < 2500gr
2.      2.BBLSR    : BB 1000-1500gr
3.      3.BBLASR : BB <1000 gr

b.  Berdasarkan umur kehamilan
1.      Prematur
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
2.      Dismaturitas.
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK), Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NLB- KMK )

B.     ETIOLOGI
            Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Faktor ibu yang lain adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
           
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor Ibu
a.       Penyakit:
1)      Toksemia gravidarum
2)      Perdarahan antepartum
3)      Truma fisik dan psikologis
4)      Nefritis akut
5)      Diabetes mellitus

b.      Usia Ibu
1)      Usia <16 tahun
2)      Usia >35 tahun
3)      Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat

c.       Keadaan social
1)      Golongan social ekonomi rendah
2)      Perkawinan yang tidak sah

d.      Sebab lain
1)      Ibu yang perokok
2)      Ibu peminum alcohol
3)      Ibu pecandu narkotik

2.      Faktor janin
a.       Hidramnion
b.      Kehamilan ganda
c.       Kelainan kromosom

3.      Faktor lingkungan
a.       Tempat tinggal dataran tinggi
b.      Radiasi
c.       Zat-zat racun.

C.    Tanda – Tanda klinis
 Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a.         Berat kurang dari 2500 gram
b.         Panjang kurang dari 45 cm
c.         Lingkar dada kurang dari 30 cm
d.        Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e.         Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f.          Kepala lebih besar
g.         Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h.         Otot hipotonik lemah
i.           Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j.           Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k.         Kepala tidak mampu tegak
l.           Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m.       Nadi 100 – 140 kali / menit

Gambaran klinis BBLR secara khusus :

A.    Tanda-tanda Bayi Prematur
1.      BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang 30 cm.
2.      Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
3.      Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
4.      Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
5.      Kepala mengarah ke satu sisi.
6.      Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.
7.      Tulang rawan dan daun telinga imatur.
8.      Puting susu belum terbentuk dengan baik.
9.      Pergerakan kurang dan lemah.
10.  Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
11.  Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
12.  Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua pah abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13.  Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

B. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur
1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan post term :
a.  Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.
d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.
e. Tali pusat kuning kehijauan.
f. Mekonium kering.
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

D.    Komplikasi pada BBLR
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
a.       Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
b.      Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
c.       Termoregulasi: Hipotermia
d.      Hipoglikemia simtomatik

1.      Pada prematur yaitu :
a.       Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.
b.      Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.
c.       Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
d.      Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
e.       Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5 0C)

2.       Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
a.       Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b.      Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
c.       Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolisme bayi.
d.      Keadaan lain yang mungkin terjadi ; asfiksia, perdarahan paru yang pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut :
1.      Suhu tubuh yang tidak stabil.
2.      Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR.
3.      Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
4.      Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5.      Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6.      Gangguan immunologic.




E.     PENATALAKSANAAN
1.      Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a.       Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2.      Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a.       Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
b.      Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet
c.       Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang slang penduga/ sonde fooding

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
a.       Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b.      Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :

a.       Berat lahir 1750-2500 gram
1)      Bayi sehat
a)      Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu
b)      Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
2)      Bayi sakit
a.       Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
b.      Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
·          Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
·          Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
c.       Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung:
·          Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
·          Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b.      Berat lahir 1500-1749 gram
1)      Bayi sehat
a)      Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakancangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b)      Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (missal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
c)      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan sendok/cangkir, coba untuk menyusui langsung.
2)      Bayi sakit
a.       Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b.      Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
c.       Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
d.      Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah
e.       Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
c.       Berat lahir 1250-1499 gram
1)      Bayi sehat
a.       Beri ASI peras melalui pipa lambung
b.      Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
c.       Lanjutkan pemberian minum mengguanakan cangkir/sendok
d.      Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
2)      Bayi sakit
a.       Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b.      Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan
c.       Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
d.      Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e.       Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung
3.      Suportif
Hal utama yang dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:
a.    Membersihkan jalan napas
b.    Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
c.    Membersihkan badan bayi dengan kapas nany oil/minyak
d.   Memberikan obat mata
e.    Membungkus bayi dengan kain hangat
f.     Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
g.    Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
a)      Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan terlebih dahulu
b)      Menidurkan bayi di dalam incubator buatan yaitu dapat dibuat dari keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas atau botol yang diisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini disimpan dalam keadaan berdiri tutupnya ada disebelah atas agar tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi. Buli-buli panas atau botol inipun harus dalam keadaan terbungkus, dapat menggunakan handuk atau kain yang tebal. Bila air panasnya sudah dingin ganti airnya dengan air panas kembali.
c)      Suhu lingkungan bayi harus dijaga
d)     Kamar dapat masuk sinar matahari
e)      Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan konveksi
f)       Badan bayi harus dalam keadaan kering
g)      Gunakan salah satu cara menghangatkandan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
h)      Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
i)        Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:
1.      Jaga dan pantau patensi jalan nafas
2.      Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
3.      Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
4.      Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
5.      Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
4.      Pemantauan (Monitoring)
a.       Pemantauan saat dirawat
1)      Terapi
a.       Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
b.      Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
2)      Tumbuh kembang
a)      Pantau berat badan bayi secara periodic
b)      Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
c)      Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari:
                                                                   a.      Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
                                                                   b.      Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan penigkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
                                                                   c.      Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
                                                                  d.      Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.
b.      Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
1)      Setelah pulang hari ke-2,10,20,30, dilanjutkan setiap bulan
2)      Hitung umur koreksi
3)      Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
4)      Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
5)      Awasi adanya kelainan bawaan
6)      Mengajarkan ibu/orang tua cara:
a)      Membersihkan jalan napas
b)      Mempertahankan suhu tubuh
c)      Mencegah terjadinya infeksi
d)     Perawatan bayi sehari-hari: Memandikan, Perawatan tali pusat, Pemberian ASI
e)      Menjelaskan pada ibu (orang tua) : Pemberian ASI, Makanan bergizi bagi ibu, Mengikuti program KB segera mungkin
f)       Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke rumah sakit.

F.     DIAGNOSIS
            Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1.      Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
a.       Umur ibu
b.      Riwayat hari pertama haid terakhir
c.       Riwayat persalinan sebelumnya
d.      Parietas, jarak kelahiran sebelumnya
e.       Kenaikan berat badan selama hamil
f.       Aktivitas
g.      Penyakit yang diderita selama hamil
h.      Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.      Pemeriksaan fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
a.       Berat badan
b.      Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
c.       Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
a.       Pemeriksaan skor ballard
b.      Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c.       Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah
d.      Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
e.       USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

G.    PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a.       Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama factor resiko yang yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
b.      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatnnya dan janin yang dikandung dengan baik.
c.       Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
d.      Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
H. PENANGANAN
1.      Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah dan cepat mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, dan kekurangan lemak coklat (brown fat).
2.      Mencegah infeksi dengan ketat
BBLR sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relative belum sanggup membentuk entibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3.      Pengawasan nutrisi/ASI
Pada BBLR refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase kurang, disamping itu kebutuhan protein 3-5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.


4.       Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B.     Saran
a.       Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
b.      Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
c.       Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar