Rabu, 20 Juli 2016

Kebidanan - Makalah Hipoglikemi Pada Bayi

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di bawah normal.Diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). Hipoglikemi ada tiga tingkatan yaitu dari ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, da berat : sering (tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan pihak ketiga tetapi membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma atau kejang. Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi.
Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah: 1.1 Hipoglikemi murni : Ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl 1.2 Reaksi hipoglikemi : Gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl 1.3 Koma hipoglikemi : Koma akibat gula darah < 30 mg/dl 1.4 Hipoglikemi reaktif : Gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan.





B.  Rumusan Masalah
1.      Apa konsep dasar hipoglikemi ?
2.      Apa saja klasifikasi hipoglikemi ?
3.      Apa penyebab hipoglikemi ?
4.      Apa langkah promotif dan preventif hipoglikemi ?
5.      Bagaimana diagnosis hipoglikemi ?
6.      Bagaimana Pemeriksaan Klinispada hipoglikemi?
7.      Bagaimana manajemen hipoglikemi ?
8.      Bagaimana penanganan kadar gula darah rendah ?
9.      Bagaimana pengobatan hipoglikemi ?

C.  Tujuan
1.      Mahasiswa Dapat mengetahui konsep dasar hipoglikemi
2.      Mahasiswa Dapat mengetahui klasifikasi hipoglikemi
3.      Mahasiswa Dapat mengetahui penyebab hipoglikemi
4.      Mahasiswa Dapat mengetahui langkah promotif/preventif hipoglikemi
5.      Mahasiswa Dapat mengetahui diagnosis hipoglikemi
6.      Mahasiswa Dapat mengetahui Pemeriksaan Klinis hipoglikemi
7.      Mahasiswa Dapat mengetahui manajemen hipoglikemi
8.      Mahasiswa Dapat mengetahui penanganan hipoglikemi
9.      Mahasiswa Dapat mengetahui pengobatan hipoglikemi













BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah masalah serius yang dialami bayi baru lahir karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksia otak. Dalam keadaan normal tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi, pada hipoglikemia kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula yang rendah menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Otak merupakan organ yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama. Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui sistem saraf merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin. Hal ini akan merangsang untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
Kejadian hipoglikemi lebih sering terjadi pada bayi dengan ibu diabetes melitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.  Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan pernapasan.
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dl. Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kadar gula darah. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan makanan yang mengandung fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin. Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati,  leusin meragsang pembentukan insulin yang berlebihan dari pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin. Penyebab lainnya adalah penyakit autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi yang menyerang insulin.

Berdasarkan patofisiologi ada 4 golongan anak yang beresiko terjadinya hipoglikemi, yaitu:
·         Bayi dari ibu diabetes, atau diabetes selama kehamilan.
·         BBLR yang mingkin mengalami mal nitrisi intra uterine
·         Bayi sangat kecil atau sakit berat yang mengalami hipoglikemia karena respon terhadap kebutiuhan metabolisme yang lebih tinggi atau melebihi cadangan kalori.
·         Bayi dengan kelainan geneitik atau gangguan kelainan metabolik primer.
·         Frekuensi hipoglikemia secara keseluruhan berkisar 2-3/1000 kelahiran hidup, secara bermakna lebih tinggi pada BBLR dengan riwayat komplikasi dan sakit berat.

B.  Klasifikasi Hipoglikemi

Klasifikasi Klinis Hipoglikemia Akut

Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata

Sedang
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata




Berat
Sering tidak simtomatik, pasien tidak dapat mengatasi sendiri karena adanya gangguan kognitif
1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak membutuhkan terapi parenteral
2. Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskuler atau intravena)
3. Disertai kejang atau koma





C.  Penyebab
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
·         Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita diabetes melitus untuk menurunkan kadar gulanya.
·         Dosis insulin yg diberikan terlalu besar dari jumlah yang sebenarnya dibutuhkan
·         Makanan yg dimakan terlalu sedikit Stress emosional
·         Muntah, diare

D.  Langkah Promotif dan Preventif
ü  Penanganan / pengendalian kadar glukosa ibu DM
ü  Penanganan keadaan yang mengakibatkan BBLR
ü  Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan penggunaan glukosa bayi, misal: pada asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan napas.
ü  Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini.

E.  Diagnosis
Diagnosis awal Hipoglikemia
1.      Bayi Kejang
2.      Bayi Letargi
3.      Ibu ada riwayat DM
Diagnosis
1.    Anamnesis
Ø Riwayat bayi menderita pada asfiksia, hipotermi, hipetermi, gangguan napas.
Ø Riwayat bayi prematur
Ø Riwayat bayi besar untuk masa kehamilan
Ø Riwayat bayi kecil untuk masa kehamilan
Ø Riwayat bayi dengan ibu DM
Ø Riwayat bayi dengan penyakit jantung bawaan
2.    Pemeriksaan Klinis, gejala yang sering terlihat adalah:
Ø Tremor
Ø Bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
Ø Sianosis, kejang
Ø Napas lambat, tidak teratur
Ø Tangis lemah merintih
Ø Hipotoni
Ø Masalah minum
Ø Nistagmus gerakan involunteer pada mata
F.   Pemeriksaan Klinis
Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi sudah harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih baik.
Gejala yang terlihat :
1.      Tremor
2.      Bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
3.      Sianosis
4.      Kejang
5.      Apne atau nafas lambat, tidak teratur
6.      Tangis melengking atau lemah merintih
7.      Hipotoni
8.      Masalah minum
9.      Nistagmus gerakan involunter pada mata

G. Managemen
Ø  Berikan glukosa 10% 2 ml/kg secara IV bolus pelan dalam 5 menit.
Ø  Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat berikan larutan glukosa melalui pipa lambung dengan dosis yang sama.
Ø  Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan,  kemudian lakukan rujukan.
Ø  Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusui, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

H.  Penanganan kadar gula darah rendah
Bila ada kekhawatiran gula darah bayi merosot terlalu cepat, atau terlalu rendah dan menyusui yang benar sepertinya tidak menyelesaikan masalah, bayi seharusnya mendapatkan infus intravena yang berisi glukosa daripada diberikan susu formula. Bayi seringkali memuntahkan susu formula pada hari-hari pertama karena minum terlalu banyak susu formula. Bila benar-benar ada kekhawatiran, mengkonsumsi susu formula melalui mulut tidak menjamin gula darah meningkat.
Setiap unit postpartum harusnya memiliki persediaan ASI. Persediaan ASI perah sebagai suplemen lebih baik daripada susu formula, jika suplementasi benar-benar dibutuhkan. Bahkan jika bayi membutuhkan penanganan karena kadar gula darah rendah, sangat jarang ada alasan untuk tidak terus menyusu. Bayi tetap dapat disusui secara langsung walaupun ia sedang diinfus. Bayi bisa mendapatkan suplemen (lebih baik kolostrum yang telah diperah sebelumnya atau ASI perah) walaupun ia sedang disusui.

I.     Pengobatan Hipoglikemia
Jika terdapat serangan kejang, Glukosa 10% diberikan intravena, efektif untuk meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Jika terdapat kejang-kejang ada indikasi memeberi glukosa 10-25% sebagai suntikan bolus ang mengakibatkan bebana dosis 1-2gr/kg. Setelah pengobatan awal, infus glukosa harus diberikan dengan kecepatan 4-8mg/kg per menit. Jika hipoglikemia timbul kembali keceatan infus harus dinaikkan 15-20$ glukosa, jika infus intravena 20% glukosa tidak cukup untuk menghilangkan gejala dan konsentrasi gula darah normal. Berikan hidrokartison 2,5mg/kg gram selama 2 jam atau pretnison 1mg/kg selama 24 jam. Gula darah harus diukur tiap 2 jam. Distandarkan 40 mg/dl. Pengobatan yang dipenitip untuk mengatasi beberapa kasus pemberian glucagon dan somatostasin. Bayi dengan resiko tinggi gula darah harus diukur dalam satu jam setelah lahir, 2 jam, 8 jam pertama kemudian tiap 6 jam sampai berumur 24 jam. Harus diberi makanan peroral atau pipa lambung, infus intravena glukosa dengan kecepatan 4mg/kg.













BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Kesimpulan Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah di bawah normal.Diagnosis hipoglikemia ditegakkan bila kadar glukosa darah < 50 mg% (2,8 mmol/L) atau bahkan <40 mg% (2,2 mmol).(dikutip oleh Djoko Wahono S, 2006). Hipoglikemi ada tiga tingkatan yaitu dari ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari yang nyata, da berat : sering (tidak selalu ) tidak simptomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak mampu mengatasi sendiri.pada tingkatan berat, membutuhkan pihak ketiga tetapi membutuhkan terapi parenteral,tetapi di sisi lain Membutuhkan terapi parenteral (glukagon intramuskular atau glukosa intravena) ,disertai koma atau kejang. Saran Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam memahami tentang pengertian, frekuensi penderita, etiologi, manifestasi klinik, pengobatan dan pragnosis dari hipoglikemia.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar